Mendadak jadi trainer!! Tanpa direncanakan, tanpa
persiapan.. Dan ternyata, aku bisa! Eh, salah dink, yg bener: KITA BISA!! (Ya
nggak, Ton??) Dan sungguh, aku bahagia.
10 menit aku menikmati rasa bahagia yang unik itu. Begitu
membuncah, meluap-luap. Mengingat ekspresi mereka ketika menghayati apa yang
tersaji di depan, mengingat diksi-diksi keren yang sengaja-nggak sengaja
terucap—oleh kami berdua, trainers-nya—hingga ‘materi’ yg tersampaikan ke hati
mereka lumayan ngena, mengingat janji yg diam2 PASTI mereka ucap masing2 dlm
hatinya Untuk bersungguh-sugguh berusaha dalam testing kali ini, mengingat
kemungkinan akan tergaung2kannya kalimat-kalimat motivatif kami bertahun2 kedepan kelak ketika tiba masa kedewasaan
mereka beserta segala masalahnya, mengingat ketertarikan lebih yang akan
semakin terbangun dari mereka terhadap
kami dan forum study club ini, mengingat bahwa ternyata AKU BENAR-BENAR pasti
BISA MENJADI TRAINER YANG SESUNGGUHNYA.
Allah, aku bahagia!
Tapi ndelalah
waktu yg teramat berbahagia tersebut memang hanya berlangsung 10 menit. Nggak
nyesel sih.. Ceritanya, waktu berbahagia itu terasakan olehku (halahh) selama
perjalanan dari masjid Al-Ikhlas (tempat training dadakan tadi berlangsung)
menuju Masjid Nurul Huda, suaka terindah yang kuniatkan jadi tempat transit
buat sholat magrib dan ***** aja. Selagi trainingnya berlangsung, malah ga ada
rasa bahagia. Adanya muter otak terus “mau ngapain” dan “habis ini mau
ngapain”, sambil riweh mincing perhatian adek2 biar diem, sambil nanggepin
celetukan2 yg butuh jawaban, dsb. Focus di situ, bahagia-nya emang saama sekali
belum terasa. Lalu, berhubung TPA nya disudahi menjelang magrib dan memang
ketika menstarter motor sayup2 mulai terdengar kumandang adzan di kejauhan,
maka sesampai di NH (yang kebetulan pas baru masuk tempat wudhu, iqamah
diserukan) langsung sholat. Teredam langsung deh. Bahagia-nya tadi itu ilang.
Yo bukan ilang dink, cuman beralih rasa jadi niat yang menggebu tujuh gunung
kan kusebrangi 8 samudera kan kulalui untuk MENULISKAN ini dan membaginya
dengan kalian, teman2 trainerku tercinta yang suatu saat pasti juga
merasakannya.
Jadilah sekarang ini alih-alih aku langsung pulang dan BBD
lalu kembali ke tempat rewangan, malahan aku ngglesot di Suaka Terindahku dan
bermesraan berdua dengan laptop bersejarah ini. Nah, kau mulai menorehkan
sejarah jasamu, kawan! Semakin kuakui kau sekarang, wahai laptop, ahaha.
(Namamu siapa ya sebaiknya? Ga nemu2 terus nama yang maknyus..)
Semua ini terjadi (atas izin Allah tentunya) berkat laptop
ini. Padahal ketika memutuskan membawanya tadi, aku berniat tidak lurus
menggunakannya untuk mengerjakan tugas—yang dideadline Yofita terkirim malam
ini ke emailnya—di lokasi musykerkom. Tak dinyana, ternyata seperti biasa aku
malah ndak sempat untuk nggak focus atawa bisa nekat ngerjain tugas di komsat
sana. Jadinya malah aku tetep ga bisa ga ndengerin dan tetep gatel kebelet
usul. Kondusif sih, dan emang menarik gitu, nggak nguati utk diem.
Nah, ketika akhirnya kami pamit dari Musykerkom dan beralih
‘mengajar adik-adik, kami benar-benar seperti anak ayam kehilangan induk, ga
ngerti musti ngapain. Soalnya anak-anak pada nggak bawa buku, (lah kalo bawa
buku juga tetep aja kami bingung mau diapain itu mereka), trus diajak baca iqro
pada ga mau, bosen karena kemarin2 juga udah gitu. Kita bingung deh. Swear, aku
bingung berat mau ngapain, mana merasa agak bersalah juga udah terlanjur nyulik
si Tono dari amanah besarnya.. Sampai akhirnya kotak inspirasi itu mulai
membukakan secercah cahayanya (hasyahhh) ketika dek… ups, lupa namanya, siapa
ya? Itu dengan isengya membuka-buka tasku dan berusaha mengeluarkan laptop itu.
Kubantu ia mengeluarkannya, sambil berpikir-pikir, ah apa diputerin film aja
ya? Video-video ice breaking itu aja deh
beberapa, buat ngisi waktu, sambil mikir nanti mau diisi apa lagi demi lusa
ujian mereka tetap akan berlangsung secara yang terbaik untuk semuanya.
(Ngomong opo sih aku?!)
Sesuai fitrah, begitu aku membawa laptop dan meletakkannya
di meja kemudian menyalakannya, merubunglah mereka dan kacaulah segala-galanya.
Untung ada Tono, jadi acara bisa ditertibkan sedikt dan aku bisa sembunyi
sejenak untuk mencari-cari ice breaking yang rada patut diputerin buat mereka.
Yang kepikir Cuma satu, yaitu “Bouynding”. Dulu itu udah tak pasang di desktop,
dengan maksud—memang—biar bisa seketika diputer sewaktu dibutuhkan, tapi
semenjak urusan install ulang bulan lalu, desktop masih dibiarkan bersih. Maka,
langsung saja kucari-cari file bounding itu. Pertamanya aku buka2 folder
tontonan, trus kumpulan bahan AMT dsb, dan coba-coba ngeklik salah satu file
bernama “Kerjasama dan Percaya”, pikirku barangkali bisa relevan juga.
Agak-agak lupa yang mana itu. Tapi ternyata setelah terputar, itu film paling
jadiul yang aku punya dan entah udah berapa puluh kali aku mendapatkan itu
diputer di berbagai training yang pernah kutemui. Maka, begitu sadar ada tokoh
kuda itu, langsung aku buka folder2 selanjutnya. Ketutup deh program WMP yang
aktif tadi.
Tiba2 aku sadar, susah banget pasti nemuin Bounding itu,
lhawong aku lupa tepatnya di folder yang mana. Maka kubuka 1 window Computer
lagi, dan search “Bounding” di situ. Forumnya entahlah diapakan itu sama Tono.
Sembari mencari Bounding, di window satunya aku mencari2 lagi yang sekiranya
juga mungkin relevan. Ada salah satu file di Folder Film Pendek yang namanya
menarik dan aku berharap itu adalah film pendek tentang anak MI yg penuh
perjuangan. Formatnya yang bisa keputer di VLC. Tak klik aja, trus ternyata
memang tepat, itulah dia. Yaudah, dibiarin aja di VLCnya tadi. Sekarang liat
proses search di window yang satu lagi, ternyata udah mulai ketemu beberapa
yang kumaksud. Disave berkali2 di tempat yang berbeda. Haduh kebiasaan. Gimana
ya besok kalo memori udah mulai kepenuhan? Pasti ngos2an. Yah, ku-klik salah
satu file Bounding yang udah ketemu, dan mengecek sekilas. Mudah2an adik2 pada
suka, dan belom pernah ada yang liat.
Laptop kubawa ke ruang TPA lagi, dan menempatkannya di arah
berlawanan dengan tadi ketika pertama laptop kunyalakan. Adik2 yang udah mapan lagi anteng hasil karya Tono itupun sebagian kembali berkkerumun.
Jadi mikir, amal yaumi keren apaan yang habis kulakukan
sehingga berhak diganti dengan imbalan sekeren ini? Apakah rewang itu bisa
tergolong amal yaumi?
--SSC dalam kenangan--
061012 4.55pm